Cinta……”Pujangga-pujangga terdahulu telah menyampaikan” Adalah pemberian tuhan, cinta adalah inti, sedangkan manusia yang menjalani adalah kulit. Cinta adalah ikatan kasih sayang yang didapat dari tuhan, jadi cinta itu adah sifat Tuhan. Bagi mata yang terang, cinta itu adalah keajaiban cahaya abadi. Seseorang yang gila karena cinta, mati dengan harapan bagi sesuatu yang hidup. Walau aku harus meneruskan keteranganku tentang cinta, walau seratus kebangkitan berlalu, belum juga pernah purna. Cinta terkadang membuatku begitu berapi--api dalam mengarungi dunia. Cinta juga bisa menjerumuskanku pada tataran penderitaan yang amat dalam sehingga hidup ini terasa hampa. Duhai gadis pujaan hati titisan Dewi Sanggalangit, dengarkan puisi yang kubuat ini, ia mengalir bagai air kehidupan.
Air Kehidupan
Aku ini…
Tumbuh sendiri
Mengarungi hidup
Pada diri aku
Antara dirimu dan aku
Terjadi perbedaan yang dalam
Membuat serpihan insan
Jadi kemelut hati
Cinta sebagai air
Yang memberi kehidupan
Pada makhluk yang butuh
Penyegaran yang tak kira
Cinta kini, kutemui di dalam latar
Yang cukup luas
Aku tergugah
Perasaan cinta hampa
Yang jadi beku
Bertahun-yahun
Dulu……
Cintaku hilang
Oleh keserakahan pengguna ilmu tua
Yang melarang jilu bergabung
Yang melarang LorLon memfusi
Padahal aku mengalami
Adalah kata jilu dan LorLon
Hingga,
Perpisahan
Memberi warna kehidupan
Yang telah terajut selama seribu hari
Rengekan tangisan dihati
Tak cukup mengobati luka
Dihati penuh dengan iba
Ketika teringat itu
Menangislah Ia
Saat itu,
Saat melepas masa kemudaannya
Aku berjingkat pergi
Sambil,
menahan nafas hati
Agar tak pencar berserakan
Penguasanya paham
Pendampingnya juga mengetahui
Bahwa cinta tak harus memiliki
Seribu hari yang telah aku lalui
Tidaklah sia-sia
Aku tak harus memiliki
Jadilah cintaku
Sebagai air
Yang mengaliri kehidupan ini
Duhai gadis pujaan hati titisan Dewi Sanggalangit, Itulah kenangaku pertama yang ditolak oleh adat, budaya dan tradisi yang masih mengikatku sebagai dunkling kehidupan, tapi aku sangat menghormati dan tidak menolak. Meskipun telah seribu hari lebih berjalan mulai diawal kekecilan hidup hingga pikiran dewas atelah menganga didepan mata. Aku telah bersama cintaku dari sebuah pesantren dikawasan hutan kawilangan kartoharjo yang musnah oleh tradisi Jilu dan LorLon. Aku tetap, tapi perlu diketahui kalau sistem cinta itu ada dua, cinta yang memiliki dan cinta yang tidak memiliki. Dan aku tertakdir mendapat jatah yang kedua, akhir yang membuat ketabahanku diuji. Untuk itu kusirami diriku dengan salsabila yang diberikan oleh Allah SWT kepadaku di padepokan ilmu.
Padepokan Ilmu
Ku ingat
Hari kamis, dibulan September 2004
Dideretan ke empat
Sebuah padepokan ilmu yang cukup terkenal
Seantero dunia nyata
Aku ingin bertasbih
Sehabis wiritan di daerah seribu macam angin
Membuatku penat
Aku berkonsentrasi,
Aku mengamati sekeliling
Lalu......
Aku rileks
Aku santai
Saat aku memperhatikan dua orang gadis
Berjilbab putih
Sedang menimba ilmu
Pemberian tuhan
Untuk menambah rasa cinta kepada-Nya
Aku tak perduli
Kuteruskan konsentrasi hati dan pikiran
Aku terus merasakan nikmat tuhan
Yang sulit dirasakan oleh orang lain
Meskipun itu akan merusak system pertemanan
Maka, salah seorang gadis berjilbab itu
Mengutarakan perkataan
Terpisah dari jalur kebenaranku
Bahwa aku memperhatikan
seorang gadis berjilbab disebelahnya
Maka......
Aku kaget
Tidak mengira
Akan seperti itu
Tatapan kosongku
Menodong sebuah harapan
Maka......
Terjadilah persahabatan yang sekilas
Bagai sekilas berita
Dan semakin lama hilang tertelan perjalanan kehidupan.
Duhai gadis pujaan hati titisan Dewi Sanggalangit, itulah saat pertama kali kita berjumpa dan berkenalan denganmu. Dan disitulah aku sebenarnya cuek dan hilang ditelan bumi tapi ketika ada seseorang yang mengingatkanku. Maka, disitulah awal kesadaranku mencari dirimu. Aku masih mengingat dan tak mau bermain dengan cinta. Dan aku teringat oleh ucapanku sendiri. Bahwa cinta adalah seorang tukang pijat yang mencari kelelahan dan rasa capek dan sebaliknya tiada pencinta yang meraih persatuan tanpa usaha kekasih yang mencarinya. Aku mulai terbangun dari kegelapanku. Jadi termotivasi dari puisi cintanya Jalaludin Ar-Rumi ‘jangan kau melihat pada keindahan dan keburukan bentukm, tataplah cinta dan sasaran pencarianmu”. Itulah yang membuat aku tersiramioleh air cinta yang dipancarkan olehmu. Hatiku kala terbayangkan dirimu disetiap kala itu. Air cinta itu dating diwaktu kita berpisah selama beberapa juta detik kehidupan untuk menyejukkan jantungku.
Air Cinta
Air cinta
Yang mengalir
Dari tinggian
Ke dasaran
Yang terpancar
Dari dirimu
Duhai gadis pujaan hati titisan Dewi Sanggalangit
Ku masih teringat
Akan rautanmu
Yang membawa air cinta untukku
Hasratku, pada air cintamu
Telah membawaku terbang
Melintasi samudera ilmu
Dan keluasan Al Qur’an
Aku jadi bingung dan gila
Jendela hanya mampu
Menerima sebagian kecil cahaya bulan
Padahal bulan, terus memancarkan cahaya yang abadi
Itupun aku,
Aku tak mampu
Menangkap air cintamu
Yang masuk ke hati dan jantungku
Yang hanya sebagian kecil terdampar dan melekat
Sedangkan air cintaku
Apakah sudah terpancar dan mengenaimu?
Ataukah belum...
Aku tidak tahu, tidak tahu
Semua itu...
Tidak aku pahami
Padahal aku...
Jadi terpesona oleh syariat air cinta
Yang terus melindungimu
Tapi, aku tak mampu menerimanya.
Duhai gadis pujaan hati titisan Dewi Sanggalangit . waktu itu aku mulai mengerti bahwa mata dan hati tidak bias dibohongi. Aku mulai menyukaimu dan menyayangimu. Entah dari mana aku bertindak seperti itu. Seringkali aku tahu cinta nafsu dan hanya wajah duniawi yang nampak dihadapanku. Jalan terjal telah mengeliliku untuk mencazri cintaku. Aku menyadari, jiwaku kerdil untuk urusan cinta. Aku tidak paham ini mungkin akan membuatku terlahir kembali untuk menapaki lahirnya cinta dihati
Lahirnya Cinta
Cintaku
Terlahir kembali
Terulang lagi
Untuk kesekian kali
Awal untuk kegagalan
Sekarang untuk harapan
Aku sangat berhasrat untuk melahirkan cintaku
Yang lama telah mati
Atau hanya pinsan semata
Oleh kata semaput
Bertahun yang lalu
Bertahun yang menangis
Oleh biduan putrid jelita
Yang selalu memancarkan ayat-ayat kenelangsaan
Keturunan Kyai sempurna
Dari daerah kawilangan kartoharjo
Dan, kini….
Kudapatkan lagi
Kelahiran cintaku
Meskipun aku tidak menyadari
Persambungannya
Tapi, aku tidak perduli
Jika aku tidak mampu meraihnya
Sebab, aku masih terbelut benang merah
Oleh asmaraku yang lahir
Apakah dia tahu
Kelahiran cintaku
Yang muncul darinya
Dan terus mendekap nafsuku
Aku suka, cintaku bertahan
Selama ini
Kurun waktu yang sangat lama
Tak pudar oleh gertakan prahara kelud
Tapi, apakah itu tersahut?
Aku tidak tahu
Duhai gadis pujaan hati titisan Dewi Sanggalangit, aku hormati kelahiran cintaku kepadamu. Aku bingung ketika berhadapan denganmu. Cintaku tak sepaham denga keadaan cintaku yang ada dalam hati ini. Malah tidak searah dengan langkah beratku. Aku jadi bingung. Kini, aku hanya bias berpikir tentang dirimu. Seorang pujangga cinta mengatakan “ketika cintamu telah membentuk ketinggian gunung mahameru, maka ingatlah bahwa permukaan laut adalah kilauan yang tak tercapai dan kedalamannya adalah kegelapan yang tak terduga dan diantaranya adalah ikan-ikan yang teak terjamin.” Aku juga tidak paham. Wujud yang terpancar keluar dari raut wajahku jelas terlihat bahwa aku sangat mencintaimu. Bentuk penyiksaan diri telah aku terima dengan konsekuensi cintaku . aku tak tahan, kucoba untuk bersabar dalam episode ini. Mengapa pilihanku harus jatuh kepadamu, tidak kepada yang lainnya. Aku tidak tahu, mungkin tuhan telah menggariskan langkahku untuk episode sekarang ini. Aku tidak paham dengan dirimu, apakah engkau juga merasakan seperti yang terus menggelora dalan setiap langkah yang harus aku jalani, babak demi babak lakon kehidupan ini, apakah bias meluapkan perasan yang tersahut oleh cintamu kepadaku, itu belum jelas. Tapi itu terserah, karena saat ini aku terus menikmati hawa surga yang menaungiku. Yang penting aku telah meluapkan perasaan dalam bentuk kata-kata yang terurai menjadi kalimat dan terus tersusun menjadi barisan yang sangat rapi pada barisan batalyon puisi cinta yang siap memangsa setiap pendengan dan pembaca untuk memahami bacaan yang aku sampaikan itu sebuah fakta yang harus terpegang terus. Sebuah penerimaan dan kepenolakan dalan kata logis dalam sebuah perjalanan cinta. Tanpa adanya cinta itu, dunia sungguh hampa. Karena itu, aku tidak ingin menjadi Ishq (kepayang) karena hanya mengeluarkan cinta nafsu saja kepadamu. Cintaku adalah abadi. Aku berterima kasih kepadamu yang telah mengenalku dan telah memberikan gumpalan cinta tanpa kejelasan status dunia. Bila engkau mencintaiku, meskipun hanya sebesar buah terkecil. Aku sangat bahagia dan tak akan sanggup mengungkapkan kata-kat terima kasih. Meskipun kata-kata dari pujangga besar dan terkenalpun tak akan sanggup meluapkan rasa kebahagianku ini. Meskipun rinduku terus menyelimuti kemanapun aku melangkah dan sudah membentuk sebuah baying-bayang abadi. Aku tetap mengiyakan sehingg akata rinduku menjadi impian yang semoga tercapai dan bertemu denganmu. Itu sebuah kenikmatan dunia yang tiada duanya.
Rinduku
Rinduku di persimpangan
Antara kejelasan atau kebutaan
Aku cinta pada hati
Meskipun raga tak memiliki
Bukan pada mata
Kulukiskan jiwa ini
Membuat nestapa
Pemerian dalam dunia
Cintaku…
Bersatu dalam kalbu
Menyimpang di negeri jauh
Tertuju jelas pada jiwa
Yang terpegang oleh seorang gadis
Dari tanah Selo Pagelaran Penutup Jiwa
Apakah hal itu wajar?
Dalam keaslian cinta
Bukan fatamorgana nafsu
Oh cintaku…
Sudikah engkau mengenal cinta dan memberi harapan
Itu sudah memuaskan diriku
Tapi, cintaku meminta nafas panjang
Yang tak jelas batas klimaksnya
Membuat jiwa ragu
Hati bimbang
Aku tahu,
Ini memang sulit
Menjangkau kejelasan
Antara langkah dan maksud
Hingga hati dan jiwaku bersandar ke dermaga lain
Yang setia menanti sandaran perahu cinta
Dan terus menanti…
Duhai gadis pujaan hati titisan Dewi Sanggalangit, kemudian aku akan menciptakan penderitaa dan rasa sakit. Agar aku bias merasakan senangnya hati ini dan aku merasakan manisnya rasa jamu kehidupan. Aku sudah memulai langkah dengan langkah lain yang merbeda dengan tujuan awal sehingga bayangan lama dan baru tentangmu sedikit demi sedikit berterbangan entah kemana. Tapi waktu selembar laying menyapamu dan engkau menyahut dengan lontaran berbeda, aku menjadi kaget dan tak percaya. Ternyata dibalik penundaa hati dan cinta masih ada terbersit cinta dan fefleksi hati yang bias menyayat jiwa. Aku tidak tahu. Kenapa itu telat dikatakan setelah aku memutuskans sebuah hasil perjuangan. Tapi, kuingat bahwa itu tidak terlalu aku sesali, karena Allah Swt pasti punya acara lain kepadaku dan kepada kekasihku. As Shatibi berpesan “ Oh hati, ambillah analogi demi pemahaman sehingga kau tahu perbedaan antara keterpaksaan dan perbedaan. Jadilah kebebasan. Bahwa engkau punya kebebasan.” Terima kasih engkau telah sudi mencintaiku meskipun sia-sia tetapi hati dan jiwa sangat bergembira dalam langkah selanjutnya dan hal itu akan terus ku kenang sepanjang hayat yang terus aktif dan akan aku scan dan install terus. Lalu aku akan kembali bangun dan bangkit untuk membina dan menempa diriku agar sabar dan tabah dalam menjalai hidup dengan dan tanpa kekasihku. Harapan ditabur dan mengutip serpihan angan untuk diriku dan dirimu. Apakah aku dan engkau kukuh dan kuat dalam pemerian itu atau menfusi secara jiwa. Terus kuingat dan kukenang engkau, engkau, engkau kekasihku gadis pujaan hati titisan Dewi Sanggalangit. (Kediri, 03 Pebruari 2008)*
* Puisi ini dibuat dengan bantuan teman-teman the maza group, thanks to Mr. Imin, Mr. Amix, Gus Bimo Anan, Ning Ema, Mrs. Tyas and mbak iprid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar